Pulang- Leila S. Chudori

París, Mei 1968. Ketika revolusi mahasiswa berkecamuk de París, Dimas Suryo seorang eksil politik Indonesia bertemu Vivienne Deveraux, seorang mahasiswa Prancis yang ikut demonstrasi melawan pemerintah Prancis. Pada saat yang sama. Dimas menerima kabar dari Yakarta: Hananto Prawiro, sahabatnya, ditangkap tentara dan dinyatakan tewas. Dimas merasa cemas dan gamang. Bersama puluhan wartawan dan seniman lain, dia tak bisa kembali ke jakarta karena paspornya dicabut oleh pemerintah Indonesia. Sejak itu mereka mengelana tanpa estado yang jelas dari Santiago ke La Habana, ke Pekín akirnya mendarat di tanah Eropa untuk mendapatkan suaka dan menetap di sana.Di seh kesibukan mengelola Restoran Tanah Aire de París bersama tiga kawannya: Nug, Tjai, dan Risjaf-mereka Berempat disebut Empat Pilar Tanah Aire-Dimas, terus-menerus dikejar rasa bersalah karena kawan-kawannya de Indonesia Satu persatu tumbang, dikejar, ditembak, atau menghilang begitu saja dalam perburuan Peristiwa 30 de septiembre. Apalagi dia tak bisa melupakan Surtido Anandari-isteri Hananto-yang bersama ketiga anaknya bulbulan-bulan diinterogasi tentara.